Oleh : M.
Anis Matta, Lc.
Ya Allah Engkau tahu
Hati-hati ini telah
Berkumpul dalam cintaMu
Bertemu dalam taatMu
Menyatu menolong dakwahMu
Berjanji perjuangkan
syariatMu
Maka eratkan ikatanya
Dan abadikan cintanya
Tidak ada penjelasa historis tentang
suasana yang melatari Imam Syahid Hasan Al Banna saat menulis potongan doa itu.
Ia menyebutkan Wirid Pengikat Hati. Hati yang sedang dibangunkan untuk memikul
beban kebangkitan umat. Beban mereka berat. Jumlah mereka sedikit. Musuh mereka
banyak. Jadi mereka butuh landasan kokoh dan pengikat yang kuat. Landasannya
adalah iman. Pengikatnya adalah cinta.
Cinta menjalin jiwa-jiwa mereka
dalam kelembutan yang menyamankan, maka setiap mereka adalah permadani sutera
yang empuk, setiap orang dengan segala tipenya bisa duduk santai disitu. Cinta
mereka selalu menampung semua bentuk perbedaan, ada kebebasan berpendapat tapi
tidak ada sikap yang melukai, ada keterbukaan tapi objektivitas tetap diatas
segalanya. Cinta melahirkan pertanggungjawaban, setiap mereka selalu bertanya
tentang sejauh mana merekan mampu mempertanggungjawabkan sikap mereka di depan
Allah Swt?
Tapi cinta juga melahirkan
kelembutan, maka perbedaan-perbedaan mereka terkelola dalam etika yang
menyamankan jiwa. Karena setiap pembicaraan selalu berujung amal. Beban
pervedaan di antara mereka tidak akan mengubah situasi mereka, seperti kata
iqbal, sebagai sapu lidi yang diikat dengan cinta untuk membersihkan kehidupan.
Tapi cinta juga memberikan mereka
energi. Para pemikul beban kebangkitan itu pastilah akan menempuh jalan
perjuangan penuh liku dan pendakian. Pada setiap satu jarak waktu dan tempat
beban mereka bertambah. Mereka pasti mengalami penuaan dini, seperti kata
Rasulullah saw; “Surat Hud dan
saudara-saudaranya telah mengubankan rambutku.” kalau bukan dengan
energi yang dahsyat, siapakah yang sanggup mendaki gunung sembari memikul
beban?Dan Cintalah sumbernya.
Energi cinta memicu mereka untuk
bergerak dan bertumbuh dalam tempo yang cepat. Tapi ikatan cinta mengatur irama
mereka dalam keserasian yang indah. Itu sebabnya mereka kuat, nyaman dan abadi.
Jadi biarkan Sang Imam menggumamkan kembali doa cintanya.
Maka
Eratkan ikatannya
Dan abadikan cintanya
(Sumber:
Majalah Tarbawi edisi 88 Th.5/Jumadil Awal 1425 H/8 Juli 2011)