gadgetku

Rambutan Subang

Buah Rambutan Merupakan Buah Khas Subang.

Wisma Karya Subang

Pesona Sejarah Kabupaten Subang.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 17 Mei 2014

KERIKIL DAKWAH YANG MENYESAKKAN

(Catatan Untuk yang Kehilangan Keaslian) 
Oleh: Syamsudin Kadir


Betapa hatimu semakin keras sekeras bahkan lebih keras dari batu. Kesombongan dan bangga-bangga diri terlalu sering mendominasi sikap dan penyikapanmu dalam melangkah di setiap harinya.  Penyakit sekaligus virus riya’ kadang melingkari amal dan aktivitasmu. Kehadiranmu di ruang tarbawi (pengkaderan) dan ruang amal serta rapat (syuro’) hanya dianggap bahkan dijadikan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan penghargaan manusia: semacam dapat amanah anu dan anu, atau bahkan sanjungan. Semuanya dilampaui tanpa tahu diri. Lalu, inikah yang membuatmu berbangga sambil riya’ dan merendahkan saudara seiman dan para kader yang menanti teladan? Apakah ini juga yang menjadi pakianmu di saat dirimu menjadi qiyadah (pemimpin) yang lelah dan berkeringat dalam merumuskan dan mengarahkan semua kebijakan stratgis grakan dakwah? Apakah tidak cukup bagimu kritikan indah dari pernyataan seorang kader berikut ini? “Akhi, ana malu aktif lagi, karena ana melihat ada alumni pengurus yang satu hari penuh tidak tilawah, bulsit dengan amal yaumi aktivis dakwah. Ana ga mendapatkan keteladanan dalam banyak hal seperti kata-kata, sikap dan sapaan.”
Ini bukanlah kisah onggokan yang tak bermakna dan ogah untuk diperhatikan. Ini merupakan kenyataan yang sudah mendiami sebagian besar benak kader yang sempat diajak ngobrol oleh alumni pengurus wajihahnya. Dan itu semua adalah cambuk bagimu yang terlampau lama tengglam dalam lautan nista. Agar engkau lebih tahu bahwa dirimu di hati para kader dan aktivis dakwah selain dirimu bukan siapa-siapa, di saat engkau merasa bahwa engkau punya nama dan tempat penghormatan, atau bahkan bisa menentukan kebijakan.
Untukmu yang suka dan hoby sombong di jalan dakwah ini. Yang engkau peroleh dari sini, dari jalan dakwah ini hanya itu, setelahnya engkau akan mendapatkan penghargaan manusia kemudian engkau mati dalam keadaan hatimu busuk seperti bangkai. Hata engkau merasa orang penting. Fisikmu hidup tapi hatimu tersiksa dunia dan penghargaan para penghuninya. Jika itu yang engkau cari, maka engkau lebih sesat dan tersesat dari binatang yang sering engkau hina, seperti anjing, babi, kera dan sejenisnya.
Lalu, apakah itu yang membuatmu tak merasa kecil di depan banyak orang yang boleh jadi lebih ikhlas untuk beramal dalam ruang dakwah ini? Atau apakh itu yang membuatmu merasa paling baik amalnya di hadapan Allah?
Adalah kebulatan tekadmu dulu ketika awal-awal masuk dalam ruang gerakan dakwah ini telah kau gadai dengan kepalsuan dirimu dalam beramal. Keaslian dakwah islam engkau jual untuk dunia atas alasan ijtihad dan pilihan darurat yang tak jelas ujungnya. Bermaksiat dalam kemasan aktivitas tidak membuatmu merasa bersalah dan terhina. Padahal hatimu sedang dikuasai oleh syetan yang memang  sudah berjanji mengganggumu untuk tidak ikhlas dalam beramal. Karena bagimu kini, keikhlasan adalah pajangan penghormatan dan penghargaan manusia, atau bahkan dari onggokan sumpah serapah dirimu sendiri. Lalu, adakah engaku sadar dengan itu semua? Kalau engkau tidak merasa, cukuplah lisan dan sikap banyak kader atas sikap dan sifatmu menjadi bukti nyata bahwa dirimu adalah sampah dakwah yang pura-pura memakai baju dakwah. Ibadahmu jauh dari kuantitas dan kualitas ibadah para kader yang engaku remehkan. Amal sholehmu juga sangat sedikit, sehingga maksiat dan kesombonganmu lebih banyak dari keikhlasanmu dalam beramal. Lalu, apakah engkau sadar jika itu adalah baju yang sedang engkau pakai sekarang? Jika tidak, maka engkau memang layak dikuburkan sebelum malaikat maut menjemput ruhmu yang masih bersamamu. Atau engkau tak merasakan apa-apa? Jika tidak juga, maka engkau adalah manusia tengil yang mesti bertobat atau engkau tetap dalam kenyataan: mati dalam kehidupan fisikmu.
                Betapa sedihnya dirimu yang mengaung dan berbusa di mana-mana: di kotsan, di kampus, di rumah bahkan di berbagai tempat dengan lisan tanpa makna. Kata-katamu kering tak berbekas. Lisanmu cerdas, tapi ruhmu kering. Engkau merasa memiliki sesuatu, namun yang mendengarmu bilang kalau engkau tak punya apa-apa. Engkau habiskan waktumu tuk bermain-main atau mungkin membaca dan aktivitas lain, namun berapa ayat al-Qur’an yang kau renungi setiap harinya? Berapa buku Manhaj Tuga Baca yang engkau baca dan pahami? Jadwal membicarakan dunia telah mendominasi jadwal hidup dan gerakmu. Namun ayat Allah nyaris bahkan sering engkau lupakan. Kalaupun engkau tilawah dan merenungi beberapa ayat, itu bukan karena rindu dengan ayat-ayat itu. Tapi karena engkau takut jika di ruang tarbawi (pengkaderan) engkau dianggap kader biasa gara-gara engkau tak memenuhi tugas bulanan atau pekanan ini. Engkau menjadikan ayat-ayat Allah itu sebagai mantra-mantra tanpa dipahami dan direnungi isi dan pesannya. Engkau tuli bahkan hatimu buta dengan ketegasan ayat-ayat itu dalam mengingatkanmu agar tidak lalai dalam hidup. Agar engkau berilmu sebelum beramal. Agar engkau mendalami ilmu. Apalah lagi engkau memakai baju baru bahkan mungkin sudah menjadi baju lamamu: Aktivis Dakwah. Engkau justru telah merusakan dan mengotori baju besar itu. Yang wanginya hanya diperoleh dengan ilmu, amal dan keikhlasan. Lalu, dengan itu engkau menjadi sombong. Itu cukup bagi siapa-siapa bahwa engkau bukan siapa-siapa, pada saat engkau merasa di mana-mana dan siapa-siapa bahkan di atas siapa-siapa. Wallahu a’lam. 


KADERISASI KAMMI SUBANG
TAHUN PERJUANGAN 2012-2014
KAMMI DAERAH SUBANG
"APAPUN YANG TERJADI KAMI TETAP TUMBUH DAN BERKEMBANG"


BASHIRAH (KEKUATAN MATA HATI)

Ust. Rahmat Abdullah

Bahkan manusia sangat tajam melihat dirinya sendiri, walaupun ia melontarkan berbagai alasannya” (QS.AI-Qiyamah:14).
Para penganut Al-Qur’an tak ragu sedikitpun akan kesempurnaannya. la cahaya terang dan jalan lurus yang mengantar kepada keselamatan dunia dan kebahagiaan akhirat. la bashirah yang begitu jernih, tajam dan akurat mewartakan keadaan yang sesungguhnya, kemenangan yang terbentang dan bahaya yang mengancam, dengan segala syarat, sebab dan penawarnya. la memuat sejarah lampau, gambaran depan dan keadaan sekarang.
Namun apa yang didapat orang yang menutup rapat-rapat matanya sendiri, dari cahaya terang di sekitarnya? Terik mentari ditingkahi ribuan lampu sorot, tak menyelamatkannya dari terjerembab ke pelimbahan. Sebaliknya, lihatlah tuna netra yang berjalan di gelap malam, dapat selamat dan beroleh rizki mereka.
Allah Maha Adil, yang mengangkat sebagian orang dengan kekurangan fisiknya dan menjatuhkan lainnya walaupun berjasad sempurna. Tak ada makna kajian tema apa pun dalam kitab suci, sementara hati pengajinya berjelaga. Ada tikus mati dalam kandang, ada orang kehilangan tongkat dua kali atau terpagut ular dua kali di liang yang sama. Atau singa-singa mati lapar di padang dan daging pelanduk dilahap serigala. Ada budak tidur di tilam sutera, ada bangsawan berbaring di hamparan tanah.

Bila Nurani Bergetar
              Berbahagialah pejuang yang tak mengkorupsi kemenangan masa depannya, walaupun hanya dengan sekedar rintih sesal didera lelah. Atau menumpang popularitas dengan nikmat tanpa rasa malu kepada-Nya. Mereka yang berhati nurani tak lagi melampirkan kesedihan, kesusahan, dan kelelahan kedalam neraca laba-rugi. Hati nurani mereka selalu hidup dan berbinar. Begitulah kiranya ketika Alkhalil Ibrahim AS meminta agar nabi yang dibangkitkan kelak dari keturunan Ismail AS, bertugas….membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah dan menyucikan mereka..” (QS. AI-Baqarah:129), Allah mengijabah do’anya. Namun Ia menginginkan langkah kedua sesudah membacakan ayat-ayat-Nya dan sebelum mengajarkan Kitab dan Hikmah, satu kata kunci bagi keberhasilan da’wah ini, yaitu ‘menyucikan mereka‘ (QS. Al-Baqarah:151, Ali Imran:164, Al Jumu’ah:2).
Nurani yang hidup mampu menjembatani perbedaan dan meredam perpecahan. “Ulama akhirat tak saling berbenturan, karena akhirat sangatlah luas. Ulama dunia selalu bertikai dan bermusuhan karena dunia terlalu sempit untuk mereka perebutkan.” (Imam Ghazali).
Allah menyebutkan perumpamaan ulama buruk (suu‘) yang berhati nurani mati, seperti Bal’am sebagai anjing, yang bila dihalau menjulur dan bila didiamkan tetap menjulur (QS. Al –A’raf: 176). Anjing akan lari mengejar tulang dengan sedikit daging segar. Dan tak akan tertegun memandangi perhiasan di tangan pelempar seharga 1 milyar. Dan ketika melewati telaga, sang anjing segera menerkam bayangan dirinya, karena mengira ada anjing lain yang menggigit tulang. la ingin menguasai semua tulang. Alangkah rakusnya!

Siapa yang telah rasakan dunia
Aku pun telah mengenyamnya
Telah digiring kepadaku pahitgetirnya
Aku tak melihatnya selain bangkai yang membusuk
Dikepung anjing-anjing dengan hanya satu semangat: cabik dan tarik!

Seorang imam sangat kecut dan malu ketika ada orang datang meminta sesuatu. “Oh, dosa apa yang kuperbuat, mestinya aku sudah menangkap hajatnya sebelum ia menyatakan permintaannya“. Tidakkah panitia zakat merasa tersindir ketika melihat kemiskinan hanya dari wajah pengemis profesional yang kerap menimbun harta melebihi keperluan. Al-Qur’an telah melekatkan sifat ‘jahil’ bagi mereka yang mengira para mujahid yang menjaga air wajahnya dengan menutup rapat-rapat penderitaan dan kemiskinan mereka, sebagai orang kaya. Sebaliknya sifat Rasul SAW disebutkan sebagai ma’rifah (kenal), karena dengan kejernihan bashirah mampu menangkap hakikat.
Karena itulah mereka mendapatkan jaminan baik bagi kehidupan kelak; “Beruntunglah orang yang tersibukkan oleh aib dirinya dari kesibukan mempersoalkan aib orang lain. la infakkan yang berlebih dari hartanya dan menahan yang berlebih dari perkataannya
Kemiskinan dan kesenangan tak masuk agenda fikiran para perempuan generasi Salaf yang melepas keberangkatan para suami.
Hati-hati terhadap harta yang haram. Kami tahan terhadap kemiskinan tetapi takkan tahan terhadap neraka,” begitu pesan mereka.
Di depan iring-iringan yang membawa Imam Ahmad bin Hambal ke penyidangan yang zalim, menghadanglah seorang perempuan. “Wahai Imam, kami perempuan-perempuan yang bekerja menenun. Hari-hari ini serdadu sultan meningkatkan perondaan sepanjang malam dengan obor-obor mereka. Karena kami bekerja dibawah pancaran cahaya obor serdadu sultan zalim itu, maka hasil tenunan kami di atas atap rumah menjadi lebih baik dan kami mendapat keuntungan tambahan. Halalkah kami memakan kelebihan untung itu?“. Demikianlah radiasi bashirah Imam yang tak kenal kompromi dengan kebathilan, merasuki hati nurani rakyat yang menjadi begitu sensitif.

Kematian Hati Nurani
Berapa banyak orang menguasai teori ilmu serta dikenal dan dihormati sebagai ilmuwan dan ulama, namun kehilangan potensi hati nurani. Bashirahnya tertutup limbah dunia, membuat cahayanya tak tembus menerangi jalan. Para koruptor yang memiskinkan rakyat dan menguras kekayaan bangsa untuk kepentingan diri sendiri adalah para pengkhianatyang mati rasa. Mereka yang memproduk siaran cabul, menyiarkan kebebasan seks, membuka rumah bordil, memproduksi dan mengedarkan tuak, candu dan madat adalah makhluk yang padam hati nurani. Kehidupan fisik tak mampu mengimbangi busuk akhlaq mereka yang membuat tak nyaman lingkungan. Tak ada orang yang kerasan berlama–lama dekat mereka. Hidup menebar bau busuk dan mati menuai amal busuk.
Mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan-angan panjang. “Seakan kematian hanya berlaku atas orang lain“. Sejauh ini dosa dan kemaksiatan merupakan pembunuh utama hati nurani. Hati menjadi keras membatu, watak menjadi beku dan hati menyempit. Ayat-ayat suci tak membekas di hati, kematian tak menghasilkan ibrah, luapan syahwat dunia semakin tak terkendali, wajah menggelap memantulkan kelam hati, hilang semangat beramal dan lenyap kelezatan dzikir.
Lihatlah para penjual ayat yang dengan ringan berfatwa bathil demi kekayaan diri. Do’a yang mereka bunyikan memang benar hanya bunyi. Dan bila ada kader muslim yang merasa, inilah zaman keterbukaan, lalu membumi hanguskan tradisi dakwah yang baik, mereka telah membunyikan lonceng kematian bagi hati nuraninya.
Bila berpolitik, mereka hanya tahu intrik. Tak ada rasa malu merebut posisi, dengan berhias khayalan syaithani. Akulah Yusuf yang credible dan expert.Orang-orang seperti itu harus kerap diajak menurunkan jenazah ke liang lahat, melepas kerabat di akhir nafas, atau berbiduk di lautan dengan gelombang yang ganas. Bila tak mempan, takbirkan empat kali bagi kematian hati nuraninya.(Tulisan pada rubrik Asasiyat di majalah Tarbawi Edisi 45 Th. 4/Sya’ban 1423 H/10 Oktober 2002 M)



Departemen Kebijakan Publik KAMMI Daerah Subang

Tahun Perjuangan 2012-2014